Sunday, May 21, 2006

1 bulan di Banyuwangi

Baca buku, diskusi (ngrumpi lah) tanpa melihat realitas sama saja omong kosong. Tidak ada hal yang lebih pintar dibanding dengan pengalaman empiris yang dialami. Jika aku (dulu) hanya bisa mendengar cerita dari orang bahwa pendidikan formal (sekolah SD, SMP dst) bisa menjadi dasar untuk tingkat ekonomi kelak. SAlah Besar...
Di Muncar Banyuwangi telah memberikan pelajarn kepadaku. MElihat gaya hidup masyarakat pesisir yang sangat menggantungkan hidupnya pada laut, alat tangkapnya dan perangkatnya... KAsim seorang nelayan yang tidak lulus SD, penghasilan dalam sebulan weks sangat mencengangkan... Rp 20 juta... ehm mm bayangkan nol yang di beelakangnya... Kelihaiannya memakai alat tangkap sederhana (tradisional) pancing dan jaring. Ketekunan dan pengalaman yang menjadi gurunya hingga ia bisa sukses sampai sekarang. Ia bahkan menjadi pathokan teman2 seperjuangnya ketika temennya akan mencari ikan...
Bulan Mei 2006 ini harusnya menjadi bulan menjelang musim ikan. Tapi nyatanya nelayan masih saja mengalami masa paceklik. Bukan menjadi halangan bagi Pak Kasim untuk tetap melaut. Walau apa yang didapat tak seperti yang diharapkan.
ADa beberapa hal yang menjadikan nelayan malas untuk melaut:
  • Harga BBM yang naik 2 kali lipat sangat membebani
  • KEnaikan harga BBM yang tidak diiringi dengan naiknya harga komoditas yang mereka jual
  • Daerah operasi di SElat Bali tidak potensial ya bisa saja dianggap over fishing (ehm..)